Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan oleh kurangnya hormon insulin dalam tubuh seseorang. Kurangnya hormon insulin tersebut menyebabkan gula yang dikonsumsi tidak dapat diproses dengan sempurna. Keadaan ini menyebabkan penderita mengalami hiperglikemia atau kelebihan gula darah. Pada penyakit diabetes melitus, kondisi kelebihan gula darah dapat mengakibatkan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
Hormon insulin memiliki tugas untuk mengubah glukosa (gula darah) yang tidak dapat disimpan oleh tubuh menjadi glikogen (gula otot) supaya dapat disimpan di dalam tubuh. Hormon yang dihasilkan oleh sel beta dalam pankreas ini berperan sebagai kunci membuka pintu sel jaringan, memasukan glikogen ke dalam sel, dan menutupnya kembali.
Pada keadaan normal, insulin menyebabkan sel pada otot dan adiposit (sel yang berfungsi sebagai lumbung lemak) menyerap glukosa dari sirkulasi darah melalui transporter glukosa GLUT11 dan GLUT4 dan menyimpannya sebagai glikogen di dalam hati, dan otot sebagai sumber energi.
Karena kekurangan hormon insulin tersebut, tubuh penderita penyakit tidak menular ini kurang dapat menyerap glukosa dan tidak dapat mengalami metabolisme glukosa dalam sel. Akibatnya, glukosa akan tetap tinggal dalam darah, dan kadarnya akan meningkat. Kondisi inilah yang membuat penderita diabetes melitus menjadi mudah lelah karena sel-sel tubuhnya tidak memiliki gula yang cukup untuk diubah menjadi energi.
Di ginjal, darah yang kelebihan glukosa disaring, dan kelebihan glukosa akan dikeluarkan bersama urin (urin mengandung glukosa atau juga dapat disebut dengan glikosuria), maka dari itu, penyakit diabetes melitus juga sering disebut dengan penyakit kencing manis.
Banyak sedikitnya glukosa dalam darah dinyatakan dengan level gula darah. Level gula puasa (saat bangun tidur) sekitar 65-120 mg/dL, sedangkan untuk level gula ideal yaitu 80-100 mg/dL. Seseorang dikatakan menderita diabetes melitus jika kadar glukosa dalam darah ketika puasa lebih dari 126 mg/dL atau 2 jam setelah pasien meminum 75 gram larutan glukosa menunjukan level gula darah lebih dari 200 mg/dL.
Diabetes bukan suatu penyakit tunggal, tetapi merupakan sekelompok penyakit gangguan metabolisme. Penyakit ini dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.Diabetes bukan sekedar gangguan metabolisme karbohidrat, tapi juga menyangkut metabolisme protein, dan lemak yang dapat menimbulkan komplikasi, terutama pada bagian struktur dan fungsi pembuluh darah. Diabetes bersifat menahun dan akan diderita seumur hidup. Jika penyakit ini tidak segera ditangani, penderitanya akan mengalami komplikasi seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan, kelainan pada kulit, dan gangrene yang dapat menyebabkan amputasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) mengelompokkan bentuk diabetes menjadi 3 tipe utama berdasarkan perawatan dan sitoma. Tipe-tipe tersebut antara lain:
- Diabetes Melitus Tipe 1
Tubuh penderita diabetes tipe 1 ini tidak bisa menghasilkan insulin, karena rusaknya sel beta pada pulau-pulau Langerhans dalam pankreas. Diabetes tipe ini disebut dengan penyakit autoimun, yakni system imun tubuh pada suatu individu yang secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin. Kondisi autoimun mengakibatkan individu kekurangan hormon insulin yang sangat penting untuk aktivitas sel atau jaringan tubuh dan proses perombakan gula.
Tanpa adanya hormon insulin, glukosa akan menumpuk dalam darah dan menimbulkan berbagai komplikasi pada organ-organ tubuh. Agar dapat bertahan hidup, penderita diabetes tipe 1 ini harus disuplai insulin dari luar. Biasanya, insulin disuplai dengan cara disuntikkan kedalam tubuh penderita.
Pemicu peristiwa autoimun belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, faktor genetik, dan lingkungan turut ikut serta dalam kasus ini. Menurut para ahli, faktor lingkungan seperti inveksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak dan remaja menjadi salah satu penyebeab terjadinya kondisi autoimun. Karena itu, diabetes yang jarang dijumpai di Indonesia ini banyak menyerang penderita dibawah usia 30 tahun.
- Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 ini disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik banyak memberi andil dalam diabetes tipe 2 daripada diabetes tipe 1. Banyak penderita penyakit diabetes tipe ini memiliki keluarga yang juga menderita penyakit yang berhubungan dengan diabetes, seperti: kolesterol, tekanan darah tinggi, serta obesitas. Ahli-ahli menyatakan bahwa orang yang memiliki kerabat yang menderita diabetes tipe 2 ini memiliki resiko sebesar 40% untuk menderita penyakit yang sama.
Faktor genetik sebenarnya bukanlah faktor utama penyebab penyakit diabetes tipe 2 ini, melainkan faktor makanan, dan aktivitas sehari- hari. Berbeda dengan penderita diabetes tipe 1, penderita diabetes tipe 2 ini tidak bergantung pada suntik insulin.
Sel beta dalam pankreas penderita diabetes tipe 2 ini masih dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup. Namun glukosa gagal diubah menjadi glikogen dan disimpan di dalam sel-sel otot. Kegagalan ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya pola makan yang dominan karbohidrat dan sedikit nutrisi lain. Kondisi demikian akan menyebabkan resistensi insulin, sehingga penggunaan insulin dalam tubuh menjadi tidak efektif.
Jika pola makan tersebut terus dilakukan dalam waktu yang lama, kondisi sel akan terganggu dan menjadi “rusak”. Sel yang terganggu pada akhirnya tidak peka lagi terhadap insulin dan gula. Akibatnya, gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga sel dan jaringan tidak mendapatkan energi cukup untuk melakukan kegiatan metabolisme tubuh secara normal.
Penyebab utama terjadinya resistensi insulin adalah konsumsi karbohidrat yang tidak sehat seperti gula, tepung, dan lemak. Hal in isangat erat dengan pola konsumsi masyarakat modern. Jumlah gula berlebih yang terdapat dalam tubuh menyebabkan sel tidak mampu mengubahnya menjadi energi, sehingga kadar gula dalam darah meningkat. Selain itu, pola makan yang sedikit nutrisi juga berpengaruh pada kerusakan sel. Metabulisme dalam tubuh akan semakin terganggu pada orang yang kekurangan nutrisi. Secara perlahan, proses demi proses dalam tubuh mengalami gangguan, dan mengakibatkan terjadinya resistensi insulin.
Secara umum, diabetes tipe 2 ini banyak terjadi pada orang dewasa (lebih dari 30 tahun). Namun, tidak menutup kemungkinanan penyakit ini juga menyerang usia muda, terutama bagi orang yang sering bekerja lembur, kurang tidur, dan sering makan pada malam hari. Dari seluruh kasus diabetes yang ada di Indonesia, sekitar 95% adalah diabetes tipe 2.
- Gestasional Diabetes
Seperti yang telah disinggung di atas, banyak faktor yang menyebabkan penyakit diabetes melitus ini muncul dalam diri seseorang, di antaranya faktor genetik, faktor lingkungan, sampai gaya hidup sehari-hari. Pada dasarnya, penyakit diabetes melitus disebabkan karena adanya kelainan dalam jumlah, dan kinerja hormon insulin. Gangguan pada hormon insulin dapat mempengaruhi semua proses metabolisme dalam tubuh. Berikut pembahasan tentang faktor-faktor yang menyebabkan penyakit ini timbul:
- Faktor Genetik atau Keturunan
Meskipun seseorang terlahir dengan gen dominan yang tidak memiliki kecenderungan menderita diabetes, tetap saja ia beresiko terserang diabetes melitus saat dewasa. Hal ini dapat terjadi karena gaya hidup sehari-harinya yang kurang sehat, sehingga memicu munculnya gen resesif yang menyebabkan penyakit diabetes dapat muncul. Seseorang yang gen resesifnya telah muncul ini akan menurunkan sifatnya kepada generasi berikutnya.
Sebaliknya, walaupun seseorang memiliki gen dominan yang diturunkan dari keluarganya yang menderita diabetes melitus, ia bisa terbebas dari penyakit tersebut saat dewasa bila mana ia menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan kesehariannya.
- Virus dan Bakteri
- Terlalu Banyak Mengkonsumsi Karbohidrat atau Gula
Dalam segelas teh manis, terkandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Sementara itu, kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata 1.900 kalori per hari (tergantung pada aktivitas sehari-hari). Jika dalam sehari meminum 3-4 gelas teh manis, maka tubuh kita mendapat asupan sekitar 1.000-1.200 kalori. Belum lagi ditambah dengan kalori yang terkandung pada nasi, lauk-pauk, dan camilan-camilan.Akibatnya, tubuh kelebihan kalori dan berujung pada obesitas dan diabetes melitus.
Selain itu, kebiasaan mengkonsumsi sepotong-duapotong camilan seperti biskuit, keripik, gorengan, atau kue manis lainnya dapat memicu obesitas dan diabetes melitus. Banyak jenis camilan mengandung karbohidrat yang tinggi tanpa diimbangi nutrisi yang mencukupi. Perlu diketahui, bahwa tubuh memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengolah makanan yang dikonsumsi.Jika seseorang terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat, insulin makin kewalahan untuk mengubahnya menjadi glikogen. Hal inilah yang menjadi awal mula terjadinya penyakit diabetes melitus.
- Kurang Tidur
- Malas Beraktivitas Fisik
- Kecanduan Rokok, Soda, dan Minuman Beralkohol
Sama seperti rokok, kecanduan minum minuman bersoda pun akan berpengaruh terhadap peningkatan bobot badan dan resiko diabetes akan semakin tinggi, karena adanya kandungan pemanis yang tinggi dalam minuman bersoda. Asupan kalori dalam bentuk cair pun tidak akan membuat seseorang menjadi kenyang, sehingga terdorong untuk minum lebih banyak. Selain itu, minuman beralkohol juga memiliki andil sebagai salah satu pemicu diabetes. Alkohol dapat menyebabkan inflamasi kronis di pankreas (pankreasitis) yang mengakibatkan produksi insulin terganggu.
- Menghindari Sinar Matahari Karena Takut Kulit Hitam
- Stress
- Bahan-bahan Toksik
- Menggunakan Pil Kontrasepsi